Translater

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kotak Penelusuran

Selasa, 21 Mei 2019

Membuat batik dengan teknik Celup

Kegiatan Ramadhan Ceria 

Jika membahas tentang budaya Indonesia yang sangat beragam, tak akan ada habisnya. Kerajinan batik merupakan identitas kebanggaan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, sebagai anak bangsa sudah seharusnya kita mengetahui seluk beluk proses pembuatan batik itu sendiri. Diantaranya mengetahui tentang motif batik dari tiap daerah, ciri khas batik, dan yang utama adalah proses pembuatannya. Pada umumnya, proses pembuatan batik di tiap daerah sama, yaitu dengan memanfaatkan alat sederhana yang bisa menghasilkan pola yang menarik dan beragam.
Kali ini TBM Iqro mengadakan workshop membatik dengan teknik celup yang disampaikan oleh pemateri Dyan Agustina Ali

Menurut Bu Dyan dalam uraiannya kepada anak-anak  "Batik yang diajarkannya hari ini adalah ikat-celup. Batik ini di Kalimantan Selatan disebut sasirangan. Sasirangan khas dengan motif air, gelombang, kembang goyang dan kapal yang ada di sungai-sungai besar di Kalimantan. Di Sumatera, batik jenis tie-dye ini disebut batik pelangi. Di Jawa, kita mengenalnya dengan batik tritik atau batik jumputan. Di Jepang, kita mengenalnya dengan nama batik Shibori. Tekniknya sama, mirip satu dengan lainnya. Siapa saja bisa membuatnya, sederhana. Tie yang artinya ikat. Dan dye yang artinya celup.

Alatnya sederhana, benang jahit, kelereng, tali tambang, uang koin, karet gelang atau apa saja di sekitar kita yang bisa dijadikan pemberat pola. Pada batik sasirangan yang memiliki motif kembang rampai, beberapa pemberat berbeda digunakan untuk membentuk modifikasi pola.

Warna yang dihasilkan tergantung keinginan dan selera, kuat longgarnya ikatan pada masing-masing pemberat, letak pemberat; merupakan penentu hasil akhir dari batik ikat celup.

Pada pola dengan pemberat kelereng, biasanya yang dihasilkan adalah bulat lonjong dengan gerigi pada kiri kanan pola. Pada pola dengan koin yang ditumpuk, tiga atau lima atau tujuh menghasilkan pola berbentuk berlian. Untuk motif hujan rintik, kita bisa menggunakan tali tambang ukuran sedang atau besar. Motif gelombang kita dapatkan dengan bantuan tegangan atau tarikan benang jahit. Motif swirl atau angin tornado seperti spiral justru tidak memerlukan apapun, hanya karet gelang saja. Pada pola simetris seperti persegi dan pencerminan persegi panjang, kita hanya memerlukan bantuan tali dan selotip.

Pada saat pencelupan warna, tidak perlu terlalu lama. 4-10 menit cukup. Terlalu lama justru akan menghilangkan batasan pemberat pola. Namun, ada pula yang dilakukan dengan teknik tetes yang diperam lebih dari 24 jam untuk menghasilkan warna lebih busuk, lebih dalam, lebih tua". Semua anak serius menyimak yang disampaikan beliau dan yang utama mereka sudah gak sabar untuk mempraktekkannya langsung.

Untuk saat ini kami menggunakan pewarna tekstil dan semua anak menggunakan sarung tangan agar aman bagi mereka. Dibungkus, diiikat, dan digulung, semua anak bekerja dan Alhamdulillah batik yang dihasilkan semua bagus dan keren.

Yuk kenali budaya tanah air agak kita semakin cinta dan sayang Indonesia.

Hujan adalah Rahmat dari Allah. Dan hujan hari ini tak jadi penghalang bagi anak2 untuk mendapatkan ilmu yang baru. Tetap semangat itu yang luar biasa dari mereka.

#LiterasiBudaya @ Tbm Iqro Lempake




Tidak ada komentar:

Posting Komentar