Dua benda ini namanya nyaris mirip hanya dibedakan huruf awal saja. Harganya juga bersaing. Tapi manfaat dan fungsinya jauh berbeda.
"Hape" bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Sedangkan "Sape" bisa mendekatkan yang jauh dan menempelkan yang dekat. Gimana gak nempel, jika Sape dipetik rasanya seperti berada di hutan yang asri dan teduh (setidaknya itu menurut saya).
Beberapa waktu yang lalu. Saat Kantor Bahasa mempercayakan untuk menjadi juri, saya mendapat rejeki yang tak terduga di waktu yang tepat, dan "Sape" ini akan kuhadiahkan pada seseorang yang telah mengisi ruang dihatiku
Niat membeli "Sape" semakin tak terbendung, saat kak Rahmad Azazi Rhomantoro mengisi "Bengkel Inspirasi" di TBM Iqro, Kak Azazi menjelaskan bahan yang digunakan untuk membuat sape’ yang cukup rumit. Kayu yang digunakan adalah jenis kayu keras seperti nangka, belian dan kayu keras lainnya. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang dihasilkannya lebih bagus. Bagian permukaannya diratakan, sementara bagian belakang sape memiliki ruang panjang, namun tidak tembus kepermukaan. Untuk mencari suara yang bagus maka tingkat tebal tipisnya tepi dan permukannya harus sama, agar suara bisa bergetar merata, sehingga menghasilkan suara yang cukup lama dan nyaring ketika dipetik. Cara memainkannya, berbeda dengan cara memainkan melodi gitar, karena jari-jari tangan hanya pada satu senar yang sama bergeser ke atas dan bawah. Sepertinya lebih mudah belajar sape dibandingkan gitar.
#LiterasiAjarkanku
#LiterasiInformasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar