Lokakarya Wastra 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kaltim–Kaltara menjadi ruang kolaborasi budaya yang mempertemukan wastra tradisional dengan kreativitas generasi muda. Bertempat di Teras Samarinda, acara ini menampilkan peragaan busana hasil kerja sama dengan desainer Nadhila Shabrina, yang mengangkat keindahan kain khas Kalimantan Timur. Salah satu yang paling menonjol adalah motif Kriookng, warisan budaya tak benda dari masyarakat Dayak Tunjung, Kutai Barat, yang hadir dalam bentuk rancangan modern tanpa menghilangkan filosofi dan identitasnya.
Keindahan wastra semakin hidup berkat penampilan musisi sape, Opit Tyg, yang memainkan alunan merdu khas Kalimantan untuk mengiringi langkah para model. Sentuhan jemarinya pada senar sape menghadirkan suasana magis, seolah membawa penonton masuk ke dalam hutan rimba yang penuh cerita. Nada-nada yang bergema pelan di awal kemudian berkembang menjadi ritme yang dinamis mengikuti gerak busana di atas panggung. Musik tradisional itu tidak hanya memperkuat nuansa etnik, tetapi juga menjadi jembatan yang menyatukan mode kontemporer dengan akar budaya lokal. Melalui harmoni musik dan wastra, Lokakarya Wastra 2025 berhasil memperlihatkan bahwa pelestarian budaya dapat hadir secara modern, elegan, dan tetap bermakna.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar