Video Profil TBM Iqro Lempake

Translater

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kotak Penelusuran

Jumat, 21 November 2025

Bedah Buku, Sharing Refleksi, dan Bedah Aplikasi SEMAI di Support oleh Ibu Hetifah dari Komisi X DPR-RI




Kegiatan Bedah Buku, Sharing Refleksi, dan Bedah Aplikasi SEMAI diselenggarakan pada Jumat, 21 November 2025, di Aula Oemar Dahlan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Timur. Acara yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.30 WITA ini menghadirkan berbagai tokoh penting, pegiat literasi, pendidik, orang tua ABK, dan komunitas inklusi dari berbagai wilayah. Pembukaan dimulai dengan doa dan pengantar mengenai pentingnya pendidikan inklusif serta peran literasi dalam memperkuat pemahaman masyarakat.


Sesi sambutan diawali oleh Hana Iriana, S.E., Kabid P3KM DPK Kaltim, yang menekankan komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan layanan literasi inklusif melalui kerja sama berbagai pihak. Dilanjutkan dengan paparan utama oleh Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, M.P.P., Ketua Komisi X DPR RI, yang menyampaikan perkembangan penyempurnaan Revisi UU Sisdiknas serta penegasan asas inklusif sebagai fondasi sistem pendidikan nasional. Beliau menyoroti tantangan pendidikan inklusif, termasuk keterbatasan akses fisik, informasi, hingga minimnya tenaga pendidik terlatih. Inovasi digital, menurut beliau, menjadi unsur strategis dalam mempercepat pemerataan layanan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).

Sambutan berikutnya dari Ir. Sapto Setyo Pramono, S.ST., M.T., IPU., Wakil Ketua DPRD Komisi II Kaltim, yang menegaskan dukungan pemerintah daerah terhadap peningkatan sarana sekolah dan penguatan kompetensi Guru Pendamping Khusus. Sementara itu, Drs. Syafruddin Pernyata, M.Hum., Ketua GPMB Kaltim, menggarisbawahi pentingnya literasi sebagai fondasi pembentukan karakter anak, terutama ABK.

Dalam sesi bedah buku, dua karya penting diulas: Aku ABK, Aku Bisa Shalat karya Muhammad Yamin Muhtar yang memuat panduan praktis pembelajaran ibadah bagi ABK, serta Saat Dunia Retak dan Langit Tak Lagi Biru karya Irma Riana yang menggambarkan perjalanan emosional keluarga ABK. Kedua buku ini dinilai memperkaya wacana publik dan memperkuat empati masyarakat terhadap keberagaman kebutuhan anak.

Sorotan utama berikutnya adalah Bedah Aplikasi SEMAI yang disampaikan oleh Gigih Wicaksono, S.Pd. Aplikasi SEMAI—Sistem Edukasi Mandiri dan Inklusif—dirancang untuk mendukung asesmen, pembelajaran personal, monitoring perkembangan anak, serta kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Aplikasi ini telah digunakan oleh Yayasan Fastabiqul Khairat Samarinda dan mendapat apresiasi karena membantu mempermudah pendampingan pendidikan ABK secara digital.

Diskusi yang berlangsung interaktif menyoroti pentingnya pelatihan guru, integrasi teknologi di sekolah umum, serta penguatan jaringan komunitas. Acara ditutup dengan harapan agar gerakan literasi inklusif terus berlanjut dan memberikan ruang tumbuh yang setara bagi seluruh anak di Kalimantan Timur.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar