Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di perkampungan, kompleks perumahan dan wilayah masyarakat lainnya merupakan sebuah proses awal untuk membina masyarakat agar menyukai kegiatan membaca. Membaca dapat dikatakan sebuah budaya, apabila kegiatan membacasudah dilakukan oleh masyarakat karena faktor kebutuhan, dilaukan secara sukarela dan berlangsung secara berkesinambungan. Budaya membaca tidak terbentuk dengan proses yang serba instan. Setelah membudaya, kebiasaan dan keterampilan membaca akan menggiring manusia pada perbaikan akhlak dan konsep diri (Butler, 1995:121).
Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Iqro memahami benar tentang minat membaca yang masih rendah. Karenanya pengelola TBM Iqro melakukan berbagai kegiatan dan inovasi yang kreatif yang dimaksudkan agar masyarakat di sekitar TBM Iqro bersedia untuk datang ke TBM Iqro dan menjadi bagian dari gerakan budaya membaca. Tidak hanya memerlukan perencanaan yang matang dan tepat sasaran, pengelola TBM Iqro melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dapat menjadi potensi bagi TBM Iqro untuk menjadi lebih maju dalam sasaran dan efektif dalam pelaksanaan. Pengelola TBM Iqro melakukan refleksi dari setiap kegiatan kampanye membaca yang telah dilakukan untuk mengupayakan layanan kemajuan minat baca yang lebih baik. Pengelola TBM Iqro menerima masukan dan saran dari masyaraat sekitar tentang hal-hal yang menjadi kepentingan dan keinginan mereka, senyampang sesuai dengan tujuan pendirian TBM Iqro.
Mengupayakan segala macam kegiatan untuk menarik minat baca bagi masyarakat di sekitar TBM Iqro memiliki keterbatasan dalam hal sarana tempat dan kegiatan. Sejak pendirian TBM Iqro, kegiatan kampanye minat baca hanya dilakukan di teras dan ruang tamu rumah tidak luas. Dengan mempertimbangkan masalah ini, pengelola TBM Iqro melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik dan konsep-konsep strategis untuk mengundang lebih banyak masyarakat sekitar TBM Iqro untuk membaca buku dan terlibat dalam komunitas membaca yang lebih luas.
Pengelola TBM Iqro menciptakan strategi “Ulat Buku dan Lemper” sebagai inovasi membuat review buku untuk membangun budaya membaca masyarakat.“Ulat Buku” adalah teknik untuk mengelola review atau kesimpulan buku berbentuk ulat buku yang ditujukan bagi pembaca untuk menulis kesimpulan dari buku atau bacaan yang telah dibacanya. Lemper merupakan akronim dari Lembar Pendidikan Karakter, yang dirancang untuk membantu pembaca buku atau sumber bacaan lainnya untuk menemukan karakter baik dari buku atau sumber bacaan lain yang telah dibacanya.
Pengelola TBM Iqro menyajikan konsep ini untuk meningkatkan rasa keingintahuan pada pengunjung TBM sekaligus alat ukur membaca pada para pengunjung TBM Iqro. Menuliskan kesimpulan dari buku atau bahan bacaan lain yang dibaca adalah salah satu cara agar pembaca buku untuk mendapatkan ide, mengingat kembali ide, mempertajam keterampilan penelitian dan menulis, dan mengembangkan keterampilan evaluatif (Obeng-Odoom, 2014).
“Ulat Buku” dan “Lemper” ini telah menjadi suguhan yang menarik dan bermanfaat bagi para pengunjung TBM, terutamanya anak-anak yang ingin menikmati bahan bacaan baru. Penggunaan Ulat Buku dan Lemper pada kegiatan-kegiatan membaca yang dilakukan oleh TBM Iqro adalah salah satu upaya yang telah dilakukan oleh TBM Iqro untuk membangun budaya membaca bagi pengunjung dan masayarakat sekitar TBM Iqro.
Inovasi Ulat Buku Dan Lemper by rachma wati on Scribd
Link Berita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar