Mewujudkan mimpi untuk memiliki sebuah TBM bukanlah hal mudah bagiku, banyak kendala yang aku alami diantaranya : tidak memiliki dana, koleksi buku yang minim, dan tentu saja tempat untuk membaca. Ya...Setiap orang memiliki impiannya masing-masing dalam hidupnya, seperti mimpiku saat ini Memiliki Sebuah TBM dan Bisa di Manfaatkan oleh Masyarakat Sekitarku. Untuk meraih mimpiku tentunya aku tak boleh berpangku tangan, harus bangkit dan mencari jalan, untuk meraih mimpi tersebut. tapi masih belum kutemukan harus dimulai dari mana.
Ide Mendirikan TBM telah muncul sejak Tahun 2013, sejak pertemuanku dengan Ibu Sri Rahayu saat mengikuti Lomba Pustakawan Berprestasi. ternyata beliau adalah pemilik dan pengelola TBM Irfani Kaltim, hingga suatu hari beliau mengundangku untuk datang menghadiri kegiatan Donasi Buku melalui Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jakarta dan Forum Indonesia Membaca yang meluncurkan program Gerakan Hibah Buku dalam rangka Hari Buku Nasional. Program ini merupakan aksi kepedulian dari penerbit dan masyarakat Indonesia untuk mendukung upaya-upaya fasilitasi kegiatan membaca yang dilakukan oleh taman bacaan masyarakat dan perpustakaan komunitas.Yang dihadiri oleh bebrapa Pustakawan dan Komunitas TBM di Samarinda. Buku yang dibagikan adalah buku antologi dan buku-buku sastra Indonesia.
Saat itu beliau memberikan 12 buku untuk perpustakaan tempatku bertugas dan 12 buku untuk koleksiku dirumah dengan harapan kelak saya bisa mendirikan sebuah TBM. Sebenanrnya dalam hati kecilku sangat pengen membuat sebuah TBM tapi saya takut dengan fitnah yang akan muncul berkaitan dengan profesi yang saya pegang.
Tanpa sengaja 4 bulan yang lalu seorang kawan FB memasukkanku di group WhatsApp Komunitas Jaring Penulis Kaltim, saya hanya bisa mengamati dan tak pernah mengomentari. Mengapa karena orang2 yang tergabung didalamnya adalah orang-orang yang sudah sangat lihai dalam bidang kepenulisan. Memang sih saya aktif menulis tapi hanya seputaran dunis perpustakaan dan kepustakawanan, lingkup yang sangat kecil. Tulisanku sempat dimuat tiga kali pada majalah pustaka pariwara, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.
Hingga suatu hari aku mengajak seorang kawan yang berprofesi sebagai guru dan memiliki segudang prestasi berskala Nasional, beliaulah yang kali pertama mengajakku untuk sesekali nongon pada pertemuan dwi mingguan JPK. Akhirnya kamipun memutuskan untuk turut serta pada pertemuan itu yang bertempat di Kampung Literasi Ladang jalan Pramuka yang dipimpin oleh Bapak Syafril Teha Nur yang juga seorang penulis buku yang terkenal berjudul “Rimba Kaban”.
Saat menghadiri pertemuan itu sambutan hangat dan bersahabat
dari para penulis membuat rasa canggung kami berada ditengah-tengah mereka
sedikit berkurang. Pada pertemuan itu yang dibahas adalah karya sastra sebuah
antologi cerpen pilihan Kompas Tahun 2014 Karya Faisal Oddang yang
berjudul Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon:
Berkumpul bersama mereka, mengupas habis tentang satra dan seni membuat wawasan
semakin luas. Betapa aku bukan siapa-siapa. Semakin memahami bahwa Belajar bisa
dimana saja. Memilih teman yang tepat juga adalah belajar.
Hari pertama bergabung tepatnya 14 Januari di Langsungkan di
Kampung Literasi Komunitas Ladang, disana bertemu dengan Mas Ebid, Pak De'
AGus, Pak Herman, Pak Dahri, Mas Pandu, Mas Cai, Mas Panji dan jantung hatinya,
serta Mas Amin dan Mbak Fitri.
Sepulang dari pertemuan itu, aku berharap dalam hati semoga ini adalah langkah awalku untuk mewujudkan mimpi memiliki sebuah TBM. tekadkupun semakin bulat.
Satu hal besar yang semakin membuat tekadku bulat adalah saat dipercaya masuk dalam kepengurusan Daerah Gerakan Pemasyarakat Minat Baca Provnsi Kalimantan Timur, dimana saya di posisikan pada Bidang Pengembangan Strategi Pembudayaan Kegemaran Membaca, berada diantara orang-orang besar membuatku minder, tapi saya selalu meyakinkan diri jika untuk jariah, kesampingkan rasa minder kecil dihadapan sesama manusia. Toh dipilih sebagai relawan berarti diberi sebuah amanah untuk mengabdi bukan untuk mencari nama dan kepopuleran. Semata-mata untuk sebuah pengabdian.
Hal diatas semakin membulatkan tekadku. TBM Iqro akan saya buka untuk umum, walaupun waktuku lebih banyak menjalani profesiku sebagai pustakawan dikantor dari senin hingga Sabtu dan Minggunya sudah dipenuhi agenda Pekan Ceria GPMB, tak masalah, karena menjadi Pejuang Literasi yang sesungguhnya tak harus anak-anak datang berkunjung dan membaca di TBM ku. dengan meminjam buku dan mendapatkan ilmu keterampilan origami dan keterampilan lainnya, serta games edukasi sudah memantapkan hatiku untuk menjalankan TBM Iqro yang sesungguhnya.
Atas bantuan seorang kawan Desain Gravis bernama Jordi Budiyono yang juga Owner Quro Studio tampilah Wujud Logo dan Banner yang elegan, mengandung makna
Iqro : diterjemahkan dengan “bacalah”, merupakan kata pertama dari wahyu yang disampaikan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw. Iqra’ adalah tuntunan pertama yang diberikan Allah swt kepada manusia, satu-satunya mahluk yang dianugerahi-Nya potensi keilmuan, potensi yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun. Semakin tinggi “pembacaan”, semakin terbuka rahasia-rahasia alam dan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa iqra’ merupakan syarat utama guna membangun peradaban. Iqra ’bukan hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, tetapi juga untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Karena realisasi perintah iqra’ merupakan pintu gerbang menuju kepada kebahagiaan hidup didunia dan akhirat..Buku : diumpamakan sebagai buku itu sendiri yang terdiri dari kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu yang berisi tulisan atau gambar dan setiap sisi dari sebuah buku disebut halaman.
Pena : diumpamakan sebagai Pena yang berfungsi untuk menulis. Mengingat arti penting buku dan pena di atas, maka setiap lembaran kertas dalam buku itu akan dipenuhi goresan pena yang akan mencatat berbagai kreativitas kami di bidang literasi. kemudian lembaran demi lembaran yang terkumpul dapat kami jilid menjadi sebuah terbitan dalam bentuk buku. buku-buku hasil kreativitas tersebut akan menjadi catatan sejarah perjalanan perjuangan kami dalam menggali kreatifitas sebagai pejuang Literasi
Iqro : diterjemahkan dengan “bacalah”, merupakan kata pertama dari wahyu yang disampaikan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw. Iqra’ adalah tuntunan pertama yang diberikan Allah swt kepada manusia, satu-satunya mahluk yang dianugerahi-Nya potensi keilmuan, potensi yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun. Semakin tinggi “pembacaan”, semakin terbuka rahasia-rahasia alam dan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa iqra’ merupakan syarat utama guna membangun peradaban. Iqra ’bukan hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, tetapi juga untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Karena realisasi perintah iqra’ merupakan pintu gerbang menuju kepada kebahagiaan hidup didunia dan akhirat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar