Seni, 10 Oktober 2016, bertempat di Ruang Bengkirai Lt.4 Kantor Perwakilan Bank indonesi Provinsi Kalimantan Timur Jalan Gajah Mada No.1 Samarinda berlangsung kegiatan Bedah Buku "Shocking Japan" Karya Junanto Herdiawan yang merupakan rangkaian Festival Perpustakaan Bank Indonesia Tahun 2016.
Acara di Buka dengan Tarian dan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Deputy Bank Indonesia Kaltim, sambutan Kepala KPw BI Prov Kalimantan Timur kemudian dilanjutkan dengan kegiatan bedah buku, berlanjut ke sesi tanya jawab dan terakhir ditutup dengan pengumuman Lomba Film Pendek, Lomba Jingle Pusbi, Perpustakaan Seru dan Resensi Buku
Berharap ditahun-tahun akan datang tak hanya lomba untuk Lomba Perpustakaan Seru melainkan lomba untuk Pengelola TBM paling Kreatif, juga diadakan agar dapat meningkatkan semangat memasyarakatkan dan meningkatkan minat baca dapat lebih ditingkatkan lagi.
Resensi Buku : Shocking Japan: Sisi Lain Jepang yang Mengejutkan by : www.Kompasiana.com
Penerbit B First (Bentang Pustaka)
Cetakan I, Agustus 2012 T
ebal x + 162 halaman
ISBN 978-602-8864-64-0
Setelah sukses menerbitkan berbagai buku bertema traveling seperti trilogi The Naked Traveler karya Trinity dan seri jalan-jalan hemat ke luar negeri karya parabackpacker Tanah Air, Penerbit B First (Bentang Pustaka) kembali dengan buku Shocking Japan karya Junanto Herdiawan. Nah, apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata ‘Jepang’? Sakura? Anime?Ramen? Percayalah, Jepang lebih dari pada semua itu! Setidaknya begitulah fakta-fakta mengejutkan tentang Jepang yang saya temui di buku ini.
Penulis yang juga seorang Kompasianer ini merangkum berbagai keunikan Negeri Sakura tersebut menjadi 4 bagian utama yaituTak Disangka-Sangka, Perlu Tahu, Nih!, Bukan Kuliner Biasa, dan Belajar dari Sini, Yuk! Di bab pertama, saya dibuat terkejut dengan tulisan ‘Ada Arwah di Boneka Jepang’. Tulisan ini mengulas tentang upacara Mingyo Kanshasai (Festval Menghargai Boneka). Di upacara tersebut, para pendeta Shinto membacakan doa-doa bagi boneka yang ingin dibuang oleh pemiliknya supaya mereka dapat ‘pergi’ dengan tenang. Mengapa demikian? Yap, hal ini terjadi karena masyarakat Jepang percaya bahwa di setiap boneka ada arwah atau roh yang bersemayam. Bahkan, kanjinin dalam kata ningyo (boneka) sama dengan kanji yang digunakan pada manusia. Seram juga, ya.... “Di balik berbagai kemajuan teknologi dan industrinya, saya melihat bahwa Jepang juga merupakan sebuah negara yang penuh dengan mitos dan mistik. Upacara Ningyo Kanshasai adalah salah satu bukti akan masih hidupnya budaya Jepang yang unik dan misterius.” (hlm. 11) Di bab tiga, saya kembali dikejutkan dengan eksotisnya kuliner Jepang. Mulai dari sashimi kuda (daging kuda mentah), Kit Kat aneka rasa (mulai dari blueeberry cheese cake hingga kecap asin), serta beragamnya restoran khas Tanah Air yang tersebar di seluruh wilayah Jepang. Beberapa restoran tersebut ada yang dikelola oleh orang Indonesia sendiri, tetapi banyak juga yang langsung didirikan oleh orang Jepang. Restoran Cabe di Meguro, Tokyo, misalnya. Restoran ini didirikan oleh Masaki-san dan istrinya karena kecintaannya pada Indonesia. Selama ini, mereka rutin menjelajahi berbagai wilayah di Tanah Air untuk memperbarui menu makanan di restorannya. Canggih!“Selain sebagai obat rindu kampung halaman, restoran Indonesia di negeri orang bagi saya bukan sekadar tempat makan. Restoran atau warung Indonesia adalah duta bangsa yang sejati karena melalui merekalah Indonesia bisa diterima dengan hati terbuka oleh orang asing. Makanan tidak memiliki banyak pretensi, orang bisa makan jenis masakan suatu negara terlepas dari ideologi atau politik.” (hlm. 104) I had a good time reading this book. Segala keunikan diulas secara ringkas oleh penulis dengan gaya yang santai, tetapi tetap sarat makna. Dalam setiap tulisan pun disertakan foto dan ilustrasi yang menambah semarak isi buku (sayangnya, tidak ada foto di tulisan ‘Es Krim Tertinggi Sedunia’. Hiks...) Memang, bagi Kompasianer yang sudah akrab dengan tulisan Pak Junanto, membaca buku ini rasanya hanya seperti membaca ulang blog Kompasiana milik beliau. Bagi pembaca yang ingin memperdalam wawasan tentang Jepang, buku ini saya rekomendasikan. Banyak nilai-nilai positif dari masyarakat Jepang yang bisa kita tiru dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari di Tanah Air.
Tentang Penulis Junanto Herdiawan adalah seorang ekonom dan pegiat ilmu filsafat. Penyukatraveling dan kuliner yang lama menetap di Tokyo ini secara rutin menuliskan pemikiran-pemikirannya secara rutin di media cetak, blog personal, dan blog komunitas. Hingga saat ini, ia telah menulis dua buku tentang Jepang, yaitu Japan Aftershock: Kisah Berani Menghadapi Tsunamidan Shocking Japan: Sisi Lain Jepang yang Mengejutkan. Kontak penulis lewat e-mail: junantoherdiawan@gmail.com dan untuk menyimak tulisan-tulisannya di Kompasiana, sila klik tautan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar